Setelah lulus kemana ya??? "Dakwah PascaKampus"

Jumat, 25 November 2011

Setiap diri kita adalah batu bata bangunan umat masa depan. Perlu persiapan yang strategis menjemputnya. Kita tidak dididik untuk sekedar menjadi pekerja. Kita dididik untuk menjadi pengarah. Mengarahkan bangunan kehidupan menjadi bangunan utuh tanpa fitnah. Menjadi wadah kemuliaan, wadah tegaknya Al-Haq di muka bumi.

Kak… gimana sih kondisinya di tempat kerja kakak, kayaknya dakwaknya bagus yaa…, tapi ada juga yang bilang sebaliknya. Ana jadi ragu… ahhh bisa nggak yaaa..bertahan”

Ungkapan tersebut seringkali menjadi pertanyaan mahasiswa akhir kepada seniornya. Ada semacam kegamangan menjemput fase hidup selanjutnya. Sampai taraf itu masih wajar. Namun jika kenyataan tersebut menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan, itu sudah menjadi tidak wajar.


Disadari sepenuhnya, kampus adalah sebuah medan yang nyaman. Kita berputar dengan nilai-nilai yang dapat kita kondisikan. Aktifitas, teman-teman bergaul, lingkungan, dan fasilitas yang ada, every thing under control. Istilah pengkondisian menjadi misi utama setiap saat

Namun di luar kampus setting-nya sangat berbeda. Kondisi heterogen mencuat dimana-mana. Lingkungan, karakter, cara berfikir, kultur, dan lainnya semua berbeda. lnilah realitas kehidupan sesungguhnya. Inilah medan pertarungan yang nyata. Disini terkadang tidak rasional, melainkan sangat emosianal. Disini tidak butuh penjelasan panjang lebar, tapi fakta dan kredibilitas nyata. Disini bebas nilai. Aturan adalah sebuah kesepakatan. Meskipun manusia adalah aktornya, tidak mustahil rukun riba adalah undang-undangnya.

Maka bagaimanakah kita mempersiapkan diri memasukinya?


Kampus adalah salah satu jawabannya. Kampus adalah bengkel pembentukan. Di sinilah kita semua menumpuk bekal perjuangan. Di sini proses pematangan diri, karakter, orientasi, dan skill dilakukan. Di sinilah kira memupuk jiwa pejuang. Di sini kita memetakan medan dakwah dan menentukan peran.

Setelah itu seperti apa pun tantangannya kita tetap kita, yang membenarkan perjanjian kita kepada Allah, gugur di jalan-Nya atau menunggu-nunggu kapan giliran kita menebus sebuah kemuliaan dan kebahagiaan.

Bagi kita ancaman bisa juga berarti tantangan. Bagi kita kenyamanan hadir untuk dihadapi bukan untuk dijauhi. Kita dididik dan mendidik diri dengan teladan yang sempurna. Kita dikenalkan dengan pengorbanan sebagai sebuah kemuliaan.

Kita sadar hidup adalah sebuah tebusan kematian. Tapi kematian bagi kita hanyalah terminal, bukan tempat tujuan. Maka diri kita sebagai tebusan adalah perjanjian dagang untuk mendapatkan bayaran surga Allah. Inilah yang membuat kita tetap tegak menghadapi medan seberat apapun.

Karenanya optimalisasi peran kampus mutlak dilakukan. Kampus bukan tempat yang terpisah dari medan dakwah lainnya. Ia adalah jembatan yang menghantarkan kita. Memberikan bekal yang diperlukan untuk bersaing dan bertahan mengemban amanah dakwah.

Kampus menjadi salah satu titik kritis yang harus mampu kita atasi. Kehidupan di atasnya tidaklah berlangsung lama, namun sangat mempengaruhi peran dakwah kita setelah itu.


Mengganti Generasi

Peran-peran sebagai da’i, stok SDM masa depan, dan agen perubah, semuanya diorientasikan untuk mengisi pos-pos kehidupan. Kita menyaksikan sendiri, betapa kehidupan hari ini tidak berpihak pada nilai-nilai fitrah yang suci. Pelaku dan penentu kebijakan dalam kehidupan masih dipenuhi oleh orang-orang yang berani menentang Allah SWT. Inilah realita yang menuntut kita bersiap diri. Tuntutan perbaikan hanya bisa. dilakukan dengan mengganti genenasi yang ada. Ini membutuhkan persiapan yang besar. Kampus memiliki peran sentral untuk itu. Karenanya kampus penting.


Menuntut kualitas harus diiringi dengan menyiapkan suplai yang dibutuhkan. Penataan kampus menjadi strategi menentukan wajah generasi pengganti.

Setiap kita harus sudah membidik tempat dan peran kita dalam masyarakat. Setiap kita harus sudah menetapkan target-target perubahan. Dan menjadi kebutuhan utama, setiap kita menghidupkan jiwa suci sang pejuang. Mengisi dan mengasahnya dengan kelembutan sekaligus keteguhan. Mendekatkannya selalu kepada Penguasa Hati dan Kehidupan. Membangun jalinan kokoh yang tidak gampang goyah oleh cobaan. Tidak gampang surut oleh ancaman. Pun tidak gampang terbuai oleh rayuan.

Sekarang bukan saatnya sekedar lulus dengan kualitas dan persiapan seadanya. Kebanggaan wisuda bukan akhir dari perjuangan, justru gebang awal memasuki pertarungan yang sesungguhnya. Wisuda lebih tepat merupakan titik start dari pada titik finish. Kualitaslah yang sangat menentukan kelanjutan berkiprah di jalan Allah.

Sekarang bukan saatnya untuk lemah terperangkap dalam jebakan lingkungan. Orientasi Sekedar masuk dunia kerja tidak cukup untuk menjaga nilai diri. Kita harus terbebas dari perbudakan semu, saat hanya ada keharusan bekerja tanpa kemampuan men-sibghah fikroh yang ada. Jika perlu menjadi tuntutan untuk membangun lingkungan kerja yang berbeda. Kreatif menciptakan lapangan kerja dan mengajak serta mengkondisikan sebanyak mungkin orang di dalamnya. Hingga lahir lagi wajah-wajah baru yang mengemban kemuliaan Islam dari kaum muslimin.

Demikian semuanya kita upayakan. Kita mulai hari ini, maka kita bisa berharap dan berdoa kepada Allah SWT, sepuluh tahun ke depan genenasi ini telah berganti. Dan peran da’i, SDM pengganti, dan agen perubah tuntas kita jalankan. Tanggungjawab selanjutnya adalah bertahan dan istiqomah. Membangun orientasi dakwah baru yang lebih besar dan lebih jauh.

Kampus Modal Perubahan

Cara pandang terhadap kampus sebagai modal perubahan perlu dipertegas. ini akan memotivasi kita untuk menggali sedalam mungkin, menumpuk sebanyak mungkin, dan menggunakannya sebagai fasilitas dakwah Sekaligus membuang dan menyingkirkan segala sesuatu yang menyebabkan kelemahan diri.

Kampus adalah tempat yang kondusif untuk mematangkan pembinaan diri. Kampus memungkinkan kita untuk menyempurnakan visi kehidupan dan visi dakwah dalam menjalani kehidupan. Kampus memberi kesempatan bagi kita untuk membangun keterikatan internal yang kuat. Dengan pengkondisian yang baik akan mampu menjaga keberpihakan terhadap dakwah yang kuat.

Kampus juga menjadi tempat kita mencoba semua strategi mematangkan skill dakwah. Kampus lengkap menyiapkan lingkungan diri yang sangat homogen sampai yang sangat heterogen. Tinggal kemampuan kita memanfaatkannya.

Kainpus adalah wadah ketrampilan profesional. Kampus melatih kita menjadi spesifik terhadap sebuah skill kehidupan. Inilah nilai yang akan menjadi identitas profesi kita. Inilah juga yang kemungkinan besar akan menjadi peran dakwah kita hari esok. Kanenanya penguasaan diri terhadap keterampilan profesi adalah tuntutan dakwah kampus dan pascanya.

Dan kampus adalah sehuah masa pembentukan karakter dan keterampilan berfikir. Ia adalah ruang akademis dan diukur berdasar-kan nilai akademis. Nilai ini juga menjadi parameter kualitas dan kredibilitas kita. Akademis bisa menjadi fasilitas yang memudahkan proses peralihan medan dakwah. Namun akademis juga bisa menjadi bumerang yang membatasi peluang dakwah selanjutnya.

Kini menjadi tuntutan untuk hanya memilih dan mengambil peluang-peluang potensial. Menyingkirkan semua faktor pembatas yang hanya akan melemahkan peran dakwah kita selanjutnya.

Hari ini kita semua adalah actor-aktor yang berada di kampus. Risalah ini adalah untuk kita. Bukan untuk orang lain. Risalah ini menuntut kerja nyata bukan sekedar pemahaman dan pemakluman. Pertikaian Al-Haq dengan Al-Batil tidak memberikan kesempatan banyak untuk berlambat-lambat. Kehidupan di luar kampus sudah demikian parah. Dan ummat meletakkan harapannya kepada kita semua. Orang-orang yang tidak lebih dari 2% generasi produktif.

Allah SWT sudah memberikan nikmat berupa kesempatan berada di kampus. Kini kita tunaikan amanah tersebut dengan menyongsong peran nyata di masyarakat. Mempersiapkan diri dan masuk dalam dakwah selanjutnya. lnsya Allah tekat dan komitmen ini akan dijawab Allah dengan kemudahan dan kebahagiaan. Selebihnya mari kita beramal dengan amal-amal yang nyata.

Wallallahu a’lam bishowwab


Sumber: Al Izzah No.21/Th.2, 30 September 2001 M

0 komentar:

Posting Komentar